Laporan Khusus

Kolaborasi Musik Tradisional Buka Festival Seni

03-05-2016

Surabaya, beritasurabaya.net - Menikmati sajian musik tradisional dengan latar belakang yang hampir mirip yakni musik-musik era kerajaan kuno dari dua negara yang berbeda, sangatlah menenangkan jiwa. Sentuhan kecapi dipadukan dengan perkusi, flute kuno dan gitar renaissance, membawa "alam sadar" penikmat musik tradisional, menjelajah Negeri yang Tlah Hilang : dari karaton Sunda sampai ke kediaman raja-raja Prancis.

Tidak hanya dari sisi musikal yang sangat nyaman di telinga, para penembang baik dari seniman Prancis dan Indonesia, mampu mengkolaborasikan sebuah konser sederhana di Snow White Ballroom Jayanata Beauty Plaza Surabaya, Selasa (3/5/2016), malam. Mereka membawakan 16 lagu dimana 4 diantaranya kolaborasi antara seniman dua negara.

Dalam kolaborasi tersebut, dua tembang ciptaan seniman Indonesia yakni Lokatmala dan Sekar Manis. Sedangkan dua tembang lainnya diusung senima Prancis yakni tembang Je Vivray Liement dan Douce Dame Jolie.

Konser Musik Renaisans Prancis dan Musik Tradisi Sunda "Musik dari Negeri yang Tlah Hilang" sekaligus menjadi pembuka Printemps Francais, festival seni yang diselenggarakan oleh Institut Prancis di Indonesia (Institut Francais Indonesia/ IFI) memasuki tahun ke-12.

Menurut Direktur IFI Surabaya, Veronique Mathelin, perhelatan ini menyajikan 50 pertunjukan seni dan budaya yang beragam; musik klasik dan kontemporer, wayang, tari, sastra hingga arsitektur, Printemps Francais 2016 hadir di 10 kota/wilayah di Indonesia; Jakarta, Bali, Balikpapan, Bandung, Makassar, Malang, Medan, Semarang, Surabaya dan Jogjakarta.

"Tahun ini, kolaborasi antara seniman Prancis dan Indonesia, terwujud dalam pertunjukan wayang layang dan 2 konser yanng mempertemukan musik Barat dengan musik Indonesia. Di Surabaya, acara festival dapat disaksikan arek-arek Suroboyo mulai 3 Mei-2 Juni 2016, dengan 7 acara,"ujarnya.

Sebagai pembuka festival di Surabaya, IFI Indonesia mengusung kelompok musik Renaisans asal Prancis Doulce Memoire. Mereka adalah ensambel yang memainkan musik jaman Renaisans.

Musik Renaisans (1450-1600) berkembang di Eropa setelah musik Abad Pertengahan (476-1450) dan sebelum era musik Barok (1600-1750). Melintasi jaman dan sejarah panjang, kelompok musisi Prancis, Doulce Memoire, berupaya melestarikan musik tradisi Eropa ini dan mengenalkan kembali ke masyarakat luas.

"Di Prancis, memang tidak banyak generasi muda mengenal musik tradisional seperti yang kami hadirkan ke publik. Ini tak lain karena memang tidak banyak media di sana yang mempublikasikannya. Meski demikian, kami sering tampil di festival-festival dengan beragam penonton,"ujar Direktur Artistik Doulce Memoire, Denis Raisin Dadre, saat ditemui di sela gladi resik, Selasa sore.

Sejalan dengan visi melestarikan musik tradisi Eroap, mereka terbuka berkolaborasi dengan seniman tradisi dari negeri lainnya. Bertemulah visi yang sama dengan visi para maestro musik tradisi Sunda.

Pada 2015, Doulce Memoire melakukan tur di Indonesia untuk memperkenalkan musik istana Prancis dan pada kesempatan itu, mereka bertemu dengan sejumlah musisi tradisional Sunda. Antusias dengan pertemuan tersebut, tahun ini Doulce Memoire kembali untuk membuat kreasi pertunjukan musik bersama penembang Neneng Dinar, musisi Yoyon Darsono dan Dede Suparman.

"Pilihan pada musik tradisional Sunda karena musik tradisional yang kami usung sangat pas. Kami pernah mendengarkan musik keroncong namun tidak pas jika dikolaborasikan,"tukas Denis yang memainkan flute, didampingi Veronique Bourrin (soprano), Hugues Primard (tenor), Miguel Henry (Luth & gitar renaissance) dan Bruno Caillat (perkusi).

Sementara itu, penembang musik Sunda, Hendrawati Ashworth bahwa memang ada kemiripan musik tradisional Sunda dengan musik tradisional yang diusung Doulce Memoire. Musik tradisional Sunda berkembang di tahun 30-an jaman Kerajaan Pajajaran sedangkan musik tradisional Prancis berkembang di era Kerjaan Prancis.

"Dalam musik tradisional Sunda ada beberapa laras dan laras sorok ini bisa dipadukan dengan musik tradisional mereka. Jadi untuk mengkobalorasikan tidak terlalu sulit hanya terkendala sedikit soal Bahasa Prancis, namun akhirnya bisa diatasi,"tambah Hendrawati yang suaranya mampu menambah eksotisnya dentingan kecapi Sunda yang dimainkan Dede Suparman dan tiupan suling dari Yoyon Darsono. (noer soetantini)

Teks foto :

Kolaborasi musik tradisional Prancis dan Sunda menghasilkan sajian musik yang sangat indah untuk didengarkan. Mereka menampilkan kolaborasinya di hadapan media saat gladi resik.

Foto : Titin.

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927