IT & Seluler

Industry 4.0 Era Hidupkan Smart Manufacturing

16-07-2018

Jakarta, beritasurabaya.net - Industry 4.0 adalah disrupsi terhadap Industry 3.0. Industry 4.0 adalah era Smartization, untuk benar-benar menghidupkan smart manufacturing. Hal ini disampaikan Chief Technology Officer (CTO) Cinovasi, Jusan Qithri, Senin (16/7/2018).

Jusan menjelaskan sejarah industri bahwa produksi barang pada awalnya dilakukan secara manual dibantu dengan tenaga binatang. Tahun 1800-an adalah awal dari Industry 1.0 ketika mesin bertenaga air dan uap dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Perkembangan ke arah Industry 2.0 terjadi pada permulaan abad ke-20, ketika listrik digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam proses produksi. Sedangkan Industry 3.0 dimulai sejak pertengahan abad-20, ketika berbagai penemuan dan pembuatan divais elektronik, seperti transistor, dan lainnya yang memungkinkan mesin-mesin secara individu diotomasi secara penuh untuk mengganti manusia sebagai operator.

Periode Industry 3.0 ini juga ditandai dengan pengembangan sistem otomasi berbasis perangkat elektronik dan komputer (era digitalisasi). Pada tanggal 4 April 2018, Indonesia telah mencanangkan “Making Indonesia 4.0”, yakni inisiatif strategis Indonesia untuk menghidupkan Industry 4.0 di Indonesia.

“Dalam tiga tahun terakhir, kami telah melakukan penelitian dan pengembangan tentang Industry 4.0 bersama beberapa kampus, seperti Institut Teknologi Bandung dan Universitas Prasetiya Mulia. Ketika Pemerintah Indonesia mencanangkan ‘Making Indonesia 4.0’, kami dengan sangat antusias menyambut inisiatif tersebut,” jelas Jusan.

Sementara Chief Business & Solution Development Officer Cinovasi, Fajar Wantah, mengatakan, saat ini, kita sedang antusias untuk mengadaptasi 4.0, akan tetapi tidak sedikit juga solusi yang sepertinya menumpang tema tersebut padahal solusi tersebut masih berkiblat ke 3.0. Salah satu ciri utama 4.0 adalah digital twin antara cyber atau domain digital dan physical atau domain aktual fisikal, hal ini biasanya disebut cyber-physical system yang bisa dikatakan near real-time.

”Untuk membangun cyber physical system, diperlukan integrasi vertikal, integrasi horizontal, dan integrasi siklus dari perencanaan dan perancangan sampai ke konsumsi produk. Syarat untuk integrasi-integrasi ini, adalah semua elemen dari sistem harus merupakan smart things,” lanjut Fajar.

Perubahan Industry dari 1.0, dilanjutkan 2.0, dan sampai di awal 4.0 ini, disebut sebagai Industrial Revolution. Dan yang paling kini ini disebut sebagai Industrial Revolution 4.0 atau disingkat IR4.0. Walaupun demikian, revolusi tidaklah semata menghilangkan “things” yang lama dan mengganti semuanya dengan “things” yang baru.

Penerapan IR4.0 tidaklah semata membeli perangkat baru yang canggih dan mutakhir, melainkan memerlukan perubahan mendasar pada manusia dan prosesnya juga, selain daripada teknologinya. Teknologi memainkan peran disruptif dan memaksa perubahan. Namun orientasi utama IR4.0 adalah manusia-nya, baik dari sisi produsen sebagai manufaktur misalnya, maupun dari sisi konsumen.

Ronaldi menutup dengan mengatakan bahwa Smart Manufacturing yang didorong oleh IR4.0 adalah perubahan menuju consumer-centric dan mass customization daripada mass production sehingga disrupsi teknologi dan orientasi human-centric itu memiliki konsekuensi perubahan dalam proses bekerja. (nos)

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927