Kuliner

Menunggu Semanggi Suroboyo di persimpangan

03-07-2010

Hari masih muda, beberapa perempuan paruh baya berjongkok di persimpangan jalan Raya Diponegoro, jalan Pasar Kembang, jalan Banyuurip, dan jalan Girilaya. Pakaian yang mereka kenakan, kebaya dan jarik (kain batik), dilambari selendang berbahan kain tebal yang akan bermanfaat mengikat bakul gendongan berisi menu makanan khas Surabaya, Semanggi.

Semanggi adalah tergolong tanaman paku air atau Hydropterides, dari marga Marsilea. Di Indonesia, tanaman ini mudah ditemukan di sekitar pematang sawah atau tepian saluran irigasi. Secara morfologi, bentuk tumbuhan ini sangat khas, karena bentuk daunnya yang menyerupai payung yang tersusun dari empat kelopak anak daun yang berhadapan. bentuk ini pula menginspirasi penamaan jembatan Semanggi di Ibukota Indonesia, Jakarta.

Di Surabaya, Semanggi kebanyakan diproduksi oleh masyarakat sekitar daerah Benowo, sebuah kecamatan di kawasan barat Surabaya. Maka tak heran bila, dipersimpangan yang disebutkan pewarta beritasurabaya.net diatas, setiap paginya menjadi tempat berkumpulnya para penjaja Semanggi. Persimpangan itu merupakan pintu masuk warga Benowo itu menerobos sela-sela bangunan tinggi di pusat kota Surabaya. Ya, mereka menjajakan Semanggi sejak hari masih muda hingga menjelang tuanya digantikan siang hari yang terik.

Serupa nasi pecel

Sepintas, suguhan Semanggi mirip dengan masakan nasi pecel. Bumbu ketela rambatnya akan mengesankan layaknya bumbu pecel dan hijaunya warna Semanggi yang direbus mirip sekali dengan kangkung rebus yang biasa mengiringi sajian nasi pecel. Lantas kecambah rebus, sama halnya dengan menu nasi pecel. Kita baru bisa membedakan nasi pecel dan Semanggi bila telah menikmatinya. Bumbu ketela rambat akan ketahuan bahwa dia bukanlah bumbu pecel dan Semanggi rebus ternyata bukanlah kangkung rebus.

Kesan mirip juga dari cara penyajiannya. Semanggi biasa disajikan dengan pincuk, yaitu daun pisang yang dilipat bundar menyerupai piring sebab memang fungsinya layaknya sebuah piring.

Perbedaan yang bisa sepintas diketahui yaitu krupuk puli atau kerupuk yang berbahan tepung beras. Krupuk ini tentu berbeda sekali dengan rempeyek kacang yang biasa mengiringi nasi pecel.

Saat ini, sejumlah restoran dan hotel di Surabaya juga menyajikan Semanggi dalam daftar menu mereka. Diantaranya yaitu Rumah Makan Antariksa di Jl Diponegoro dan Surabaya Plaza Hotel. Populasi penjaja Semanggi memang sangat sedikit bila dibandingkan luasnya kota Surabaya. Adalah keberuntungan tersendiri bagi petualang kuliner bila bisa menjumpai mereka langsung.

Tentu kenikmatannya berbeda bila dibandingkan dengan Semanggi yang dinikmati di restoran atau hotel di kota Surabaya. Konsumen bisa berbincang mereguk saripati kehidupan dari para penjual itu. Betapa mereka masih berjualan dengan cara sangat tradisional; berkeliling kota berjalan kaki! Padahal disaat yang sama, generasi terbaru entrepreneur mendengung-dengungkan kekuatan internet dan teknologi telekomunikasi sebagai saluran distribusi termutakhir.

Eksotika Semanggi yang dijajakan para perempuan tangguh ini semakin terasa sebab ternyata harganya tak lebih mahal dari seliter air mineral dalam botol. Mereka hanya memberi bandrol Rp3.500, harga sangat-sangat enteng bagi kelas menengah kota Surabaya. Apalagi bila mengetahui kandungan gizi Semanggi.

 

Gizi dan khasiat

Ahli gizi Andriyanto SH MKes AMdG, mengungkapkan dalam sebuah artikel bahwa sebagai salah satu sayur hijau, semanggi memiliki kandungan zat besi yang tinggi. Kandungan tersebut bisa membantu meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah sehingga Semanggi bisa mencegah anemia gizi atau kekurangan gizi.

Andriyanto menambahkan, semanggi yang mengandung serat sangat bagus untuk kolesterol dalam darah. Kandungan serat itu juga bisa membantu melancarkan buang air besar.

"Semanggi juga memiliki kandungan fitoestrogen yang bisa membantu mencegah osteoporosis. Selain itu, sejumlah keluhan yang kerap datang dari warga evergreen semacam capai, pegal-pegal, dan linu-linu bisa diobati dengan rutin mengonsumsi semanggi," ujar pria yang juga menjabat ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Jatim tersebut.

Karena memiliki sejumlah khasiat, Andriyanto menyarankan agar rutin mengonsumsi daun semanggi. Tak perlu setiap hari, setidaknya tiga kali seminggu, sudah cukup untuk asupan gizi.

Namun Andriyanto mengingatkan, saat mengonsumsi Semanggi, diusahakan pemakaian petis udang agak dikurangi. Sebab, jika terlalu banyak, khasiat daun semanggi tidak akan maksimal. bsn1

 

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927