Politik Pemerintahan

Media Tradisional Perlu Perhatian

20-10-2011

Surabaya, beritasurabaya.net - Eksistensi media tradisional memerlukan perhatian pemangku kepentingan, yakni pemerintah sebagai fasilitator. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo Jatim), Sujono, Kamis (20/10/2011), mengatakan meski media tradisional masih diminati namun penggemarnya hanyalah masyarakat yang tinggal di pedesaan.

Sujono menegaskan untuk mempertahankan eksistensi media tradisional, beberapa permasalahan yang dapat dikemukakan dalam forum komunikasi, antara lain, perlunya data-data kelompok pertunjukan rakyat (Pertura), pendanaan Pertura, sumberdaya manusia Pertura dan teknis penampilan Pertura.

Dengan memperhatian empat aspek itu, diharapkan menjadi solusi terhadap eksistensi Pertura yang sangat berperan sebagai media pertunjukan dalam menyebar luaskan informasi kepada masyarakat. Keberadaan media Pertura merupakan bagian dari kebutuhan masyarakat agar saling melengkapi untuk mengurangi kesenjangan informasi terhadap media lainnya.

Perkembangan media TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang sangat pesat, kata Sujono, juga memiliki andil pada perubahan. Dengan dukungan teknologi informasi yang menjadikan masyarakat semakin mudah mengakses informasi tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Akibatnya, muncul tuntutan baru terhadap sarana komunikasi dan materi informasi, khususnya media tradisional yang memiliki peran diseminasi informasi kepada masyarakat dengan berpijak pada kearifan budaya lokal.

Sementara itu, Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Unair, Suko Widodo mengatakan, perkembangan media komunikasi terus bergerak dan berubah selaras dengan perkembangan jaman. Media yang lahir dalam masa tertentu, tidak jarang tergilas oleh media baru dimasa berikutnya.

Pergeseran-pergeseran semacam itu merupakan sesuatu yang alamiah, karena memang perubahan selalu muncul dari waktu ke waktu. Media tradisional di Indonesia juga tak terhindarkan dari proses pergeseran sebagai akibat lahirnya media baru. Berbagai literatur yang terbit sebelum tahun 1980-an menyebutkan, media seni rakyat ditetapkan sebagai media tradisional dan menempatkan televisi dan radio sebagai media modern.

Namun paska tahun 80-an, media televisi dan radio termasuk surat kabar sebagai media tradional, sebagai akibat dari munculnya teknologi informasi yang lebih modern, yakni internet.

Ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya, Bonari Nabonenar mengatakan, berbagai jenis kesenian tradisional kita keadaannya semakin menyedihkan. Di Surabaya, ludruk sudah hampir tamat. Untung masih cukup Berjaya di Mojokerto, Jombang dan sekitarnya. Ketoprak juga nyaris tamat.

Dari sekian banyak jenis kesenian tradional, seperti kentrung, terbang jedhor, kuda lumping, reog, dongkrek, dan sebagainya seolah-olah sudah tinggal serpih dan cuilan-cuilan fosil di dalam museum tanpa perawatan yang memadai. Menurutnya, politik anggaran kesenian seharusnya dibuat lebih pro-produksi.

''Seniman tidak memegang bukti seperti apa postur anggaran kesenian dilembaga pemerintahan. Tetapi sebagai pelaku atau orang yang giat di kesenian, sangat terasa bahwa biaya promosi justru jauh lebih besar daripada biaya produksinya,''keluhnya (bsn-ai)

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927