Politik & Pemerintahan

Ada Permainan Dibalik Obat Kadaluwarsa ?

10-05-2011

beritasurabaya.net - Anggota Komisi D DPRD Surabaya mencurigai adanya permainan dibalik banyaknya obat kadaluwarsa di RSUD Dr Soewandhie Surabaya. Ini berdasarkan hasil analisa dari persoalan yang muncul di RSUD Dr Soewandhie.

Menurut anggota Komisi D, Fatkur Rohman, dalam siaran pers yang diterima beritasurabaya.net, Selasa (10/05), kasus obat kadaluwarsa di RS Dr Soewandhie memang perlu dirunut darimana titik masalahnya. Dilihat apa prinsip FIFO sudah diimplementasikan sebagai bagian dari prinsip umum manajemen barang.

Setiap barang datang perlu dicatat tanggal penerimaan, kode produksi dan kuantitasnya. Obat yang lebih awal datang ditempatkan yang mudah terjangkau. ''Prinsip first in first out. Ini tanggung jawab apoteker depo. Soal apakah ada stok opname berkala ? Stok opname akan mengecek semua barang dan stoknya secars berkala, barang riil dan catatan apa sama, barang yang kadaluwarsa akan ketahuan mestinya. Stok opname itu tanggungjawab seluruh apoteker rumah sakit,''paparnya.

Fatkur menjelaskan saat penentuan formularium, apakah sudah melibatkan semua unsur paramedis mulai dokter, perawat dan apoteker. Jika dokter kerjasama dengan detailer dan mempengaruhi pengadaan obat apalagi di luar formularium, idealnya memang itu tidak boleh, karena jenis dan merk obat sudah diatur dalam formularium.

Kata Fatkur, ada fakta bahwa, ketika ada deal antara dokter dan detailer kemudian berdampak fee untuk dokter dan RS (walau off faktur), jika obat tersebut tidak ada di depo farmasi/gudang, maka dokter akan memberi resep ke pasien dan dibeli di luar RS. Ini kadang yang menjadikan RS menuruti apa kata dokter padahal obat itu di luar formularium.

''Sehingga obat yang ada, karena stok tidak terserap, bisa expired. Karena pengadaan terlalu lebih besar dari kebutuhan. Posisi obat memang bisa di 3 macam yakni di gudang/instalasi farmasi, di apotik dan di ruang-ruangan.Bisa ditelusuri dimana obat yang kadaluwarsa. Namun jika ada software, mestinya obat kadaluwarsa akan ada peringatan di komputer. Jika manual, kalau stok opname rutin, mestinya tidak terjadi obat kadaluwarsa yang tidak terdeteksi,''paparnya.

Fatkur menegaskan kalau sudah ada formularium yang disepakati paramedis dan ditandatangani Direktur RS, dan mekanisme pengadaan obat sudah benar pembukuannya. Maka jika ada obat kadaluwarsa maka akan terdeteksi. Obat kadaluwarsa itu sangat mungkin terjadi karena fluktuatif tren penyakit bisa berbeda dengan kuantitas obat.

''Namun jika RS sudah berjalan lama, maka tren itu semestinya terantisipasi. Yang sering menjadi masalah adalah permainan obat dari dokter dan detailer dengan pihak depo obat. Apalagi ada fee ke dokter dan RS. Bisa jadi tidak semua dokter bisa bermain sehingga ada kecemburuan dokter. Bahkan ada depo yang nakal, misal resep dokter diganti merk lain dengan isi sama saat di depo, dengan harga lebih murah,''ungkapnya.

Untuk mengantisipasinya, tambah Fatkur, satu diantaranya, transparansi sistem dengan IT sehingga proses pengadaan obat, distribusi obat ke ruang-ruang, kapan kadaluwarsa dan sebagainya bisa dideteksi otomatis. Sistem stok opname berbasis IT juga penting. Detailer-detailer harus ditertibkan kalau perlu dihilangkan karena obat-obatan sudah diatur di formularium.

Kebijakan Pemkot Surabaya untuk menaikkan insentif dokter, mungkin bisa jadi solusi sehingga dokter dan paramedis di depo obat tidak 'bermain-main' dan patuh pada sistem. Sekelas RS Dr Soewandhie rasanya tidak mungkin fenomena ini tidak sepengetahuan direktur. (bsn-ai)

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927