Biaya Pendidikan di Unair Mahal
13-06-2011
beritasurabaya.net - Pintar itu mahal. Artinya, jika ingin pintar, tentu harus mau menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi dengan merogoh kocek yang super tinggi pula. Hal ini juga akan semakin menyulitkan warga miskin untuk meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Tak hanya perguruan tinggi swasta, yang negeri juga memiliki patokan harga yang cukup mahal. Akibatnya, warga miskin Surabaya yang sudah bangga dengan dicovernya dana pendidikan selama 12 tahun, dari SD-SMA, kini hanya impian saja untuk duduk di bangku kuliah. Sebenarnya hal itu tak saja dialami warga Surabaya, tapi juga warga lainnya di luar Surabaya.
Calon mahasiswa dari keluarga miskin, tentu harus berpikir ulang untuk masuk Unair. Biaya pendidikan yang diberlakukan bagi mahasiswa baru dari jalur mandiri, bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Informasinya, untuk S1 jurusan Kedokteran, Sumbangan Pembangunan dan Pengembangan Pendidikannya (SP3) yang diterapkan mencapai Rp 175 juta. Sementara Sumbangan Operasional Pendidikan (SOP) mencapai Rp 6 juta. Hal itu tak hanya di kedokteran saja, untuk pendidikan Bidan, SP3-nya mencapai Rp 30 juta dan SOP-nya Rp 6 juta.
Dengan angka sefantastis itu, tentu calon mahasiswa dari keluarga miskin yang memiliki intelejensi tinggi, harus pusing tujuh keliling.
Diakui Ketua Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Unair, Dian Agustia, penarikan biaya pendidikan jalur mandiri memang sudah sesuai dengan SK Rektor. Dia juga menjelaskan, dari jalur tersebut, pendaftarannya dibuka sejak 13 Juni sampai 1 Juli.
Proses pendaftarannya juga sudah menyedot anggaran calon mahasiswa. Mereka yang mendaftar, harus membeli PIN melalui Bank Mandiri. Untuk jurusan IPA dan IPA, pembelian PIN mencapai Rp 300 ribu dengan bonus dua pilihan jurusan. Untuk IPC PIN-nya seharga Rp 500 ribu dengan bonus boleh mendaftar di empat pilihan jurusan.
"Kalau sudah beli PIN, calon mahasiswa baru mendapat voucher pendaftaran," tukas Dian.
Target penerimaan mahasiswa jalur mandiri tahun ini hanya 6 ribu orang, sementara pada 2010 sebanyak 15 ribu orang. (ries/bsn)