Guru Besar Bukan Akhir Karir Akademik
30-11-2011
Surabaya, beritasurabaya.net - Menjadi guru besar bukanlah akhir dari sebuah karier akademik seseorang. Menjadi guru besar justru merupakan awal dari produktivitas karya-karya besar karena ke-guru besaran-nya. Hal ini disampaikan Rektor ITS, Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA dalam guru besar ke-102 dari Fakultas Teknologi Industri ITS, yaitu Prof Ir Budi Santoso MS PhD, Rabu (30/11/2011).
menurut Triyogi, menjadi guru besar paling tidak mempunyai empat kewajiban penting yakni memberi kuliah, memimpin seminar, dan membuat buku dalam bidang ilmu yang menjadi kepakarannya. “Kewajiban berikutnya, melakukan penelitian, melakukan pengabdian masyarakat, dan melatih para akademisi atau peneliti muda dalam ketiga kewajiban sebelumnya,“ujarnya.
Triyogo meminta kepada dosen lain yang sudah menempuh pendidikan S3 untuk segera mengurus jabatan Guru Besar-nya. Alasannya, ITS membutuhkan Guru Besar, sehingga produktivitas ITS semakin meningkat.
Dalam pengukuhan itu, Prof Budi Santoso menyampaikan pidato terkait penelitian di bidang Data Mining (data pertambangan) yang mengantarkannya meraih gelar itu yakni Metaheuristik: Dari Optimasi ke Data Mining. Menurut Budi, banyak permasalahan skala besar jika menggunakan teknik optimasi klasik memerlukan waktu yang panjang untuk penyelesaiannya, sehingga untuk problem skala besar, teknik optimasi klasik ini menjadi kurang efisien.
Guru besar yang gemar mendengarkan lagu-lagu Koes Plus itu menjelaskan bahwa pendekatan metaheuristik menjadi alternatif. Pendekatan coba-coba dengan sistematis ini ternyata mampu menyelesaikan problem yang kompleks dengan waktu yang cepat dan kualitas solusi yang bagus.
''Pendekatan metaheuristik kadang lebih disukai karena prosedurnya yang sederhana, dan tidak memerlukan pembuktian yang sulit atau rumit seperti halnya pendekatan analitik,''ujarnya. (bsn-ai)
Teks foto :
Budi Santoso (kiri) dan Triyogo (kanan) Rektor ITS