Ekonomi & Bisnis

Kadin Jatim: Jangan Malu Belajar Ke China

30-05-2011

beritasurabaya.net, Beijing - usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia tak perlu malu untuk belajar ke China. Salah satu kebijakan yang bisa ditiru adalah penguatan UMKM di China diselaraskan dengan ekspansi industri besar.

Demikian pernyataan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti dalam siaran persnya, Senin (30/5/2011). La Nyalla menuturkan, di Negeri Tirai Bambu tersebut, penguatan UMKM diselaraskan dengan ekspansi industri besar.

"Sehingga antara UMKM dan industri besar tidak dalam posisi saling membunuh, melainkan saling melengkapi untuk memperkuat daya saing ekonomi China secara umum. Nasionalisme ekonomi semacam ini yang masih sangat minim di Indonesia," ujarnya.

Sementara di Indonesia, lanjut La Nyalla, yang terjadi justru pengusaha besar "memakan" pengusaha kecil. Padahal, dalam model pembangunan industri yang terintegrasi, semestinya keduanya bisa dipadukan. Industri besar dan UMKM-UMKM bisa berada dalam satu kluster, misalnya kluster otomotif, untuk bersama-sama memproduksi produk mobil atau motor. UMKM memproduksi komponen-komponen kecil dalam industri otomotif, yang kemudian disalurkan ke industri besar yang merangkainya dengan mesin sehingga menjadi produk mobil atau motor.

"Katakanlah ini model wholesale industry. Bagi bank, ini juga memudahkan karena mereka bisa memberi kredit ke industri besar dan industri kecil penyuplainya dalam satu wadah yang terkontrol. Saya tidak muluk-muluk bicara Indonesia, akan kita coba bangun ini di Jatim dulu, seiring dengan dimulainya program penguatan UMKM yang digelar Kadin Jatim di seluruh kota/kabupaten se-Jatim mulai akhir Mei ini," ujar La Nyalla.

Dari hulu ke hilir

Xuri Zhao, pelaku UMKM di Beijing yang menyambut rombongan Kadin Jatim, mengatakan, kunci kemajuan China ada pada pembangunan industri yang terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir. Itulah mengapa China tak hanya piawai mengekspor buah segar, tapi juga mengekspor berbagai makanan dan minuman hasil olahan buah tersebut.

"Itu semua dipadukan dengan teknologi. Pemerintah kami melakukan investasi miliaran dolar sejak tiga dekade lalu untuk membangun teknologi. Hasilnya baru kita nikmati dalam satu dekade terakhir. Kami harus berterima kasih kepada pemimpin kami," ujarnya.

La Nyalla menambahkan, penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Jawa Timur kian terasa diperlukan di tengah kian gencarnya penetrasi produk impor, terutama dari China. Tanpa asistensi dan supervisi dari pemerintah dan perusahaan besar, kiprah UMKM bakal semakin terpojok.

Sejak pekan lalu, Kadin Jatim mengunjungi sentra UMKM di sejumlah kota di China, seperti Shanghai dan Beijing, untuk membangun komunikasi dengan pengusaha setempat.

Kunjungan ke sejumlah UMKM di China ini dalam rangka mencari formula yang tepat untuk memperkuat daya saing UMKM secara terintegrasi di Jawa Timur. Hasil tukar pikiran itu diharapkan bisa menjadi masukan cetak biru pengembangan industri di Jatim. Sejumlah masalah yang dibahas, antara lain, pengelolaan energi, penguatan UMKM, dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Penguasaan Teknologi

La Nyalla memaparkan, keunggulan China memang ada pada penguasaan teknologi. Karena itu pula, banyak UMKM di China bahkan bisa memproduksi ponsel yang kini dinikmati jutaan masyarakat Indonesia.

"Kemarin kita berbincang dengan otoritas di China dan asosiasi usahanya, dan mereka sebenarnya sangat optimistis dengan prospek ekonomi Indonesia. Hanya saja kita dikritik kurang bisa memadukan pembangunan industri dan teknologi secara selaras. Padahal China sudah punya program itu sejak lebih dari dua dekade lalu yang dinamai Hi-tech Research and Development Program dalam 863 program prioritas," jelas La Nyalla.

Program itu kemudian dilanjutkan dengan Spark Program pada 1986 yang bertugas menyebarkan hasil riset dan penelitian ke desa-desa, termasuk untuk membangun industri pertanian.

"Kita kini tiba-tiba saja kaget melihat sayuran dan buah China datang ke Indonesia. Itu buah dari kerja keras mereka mengembangkan ini sejak bertahun-tahun lalu," ujarnya.

China juga menerapkan Torch Program pada 1988 untuk mengebangkan industri-industri baru berbasis teknologi tinggi, seperti ponsel dan otomotif. "Tidak mengherankan kalau sekarang ponsel-ponsel China menyerbu dunia. Smartphone juga banyak dibangun di sini," ujarnya.

Kondisi inilah yang tak dimiliki Indonesia. Berdasarkan data Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI), hanya 20% UMKM yang menggunakan tekonologi informasi (TI) sebagai salah satu perangkat alat produksi mereka. "Ini PR berat bagi kita semua," pungkas La Nyalla. hid/bsn

Foto: Ketua Kadin Jatim La Nyalla Machmud Mattalittti sedang mengamati produk karya UKM di Beijing, China.

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927