Ekonomi & Bisnis

Renminbi Jadi Mata Uang Perdagangan Ketiga di 2015

21-09-2011

Surabaya, beritasurabaya.net - Analis HSBC memprediksi bahwa tahun 2015 Renminbi akan menjadi mata uang perdagangan ketiga terbesar dunia. Dalam jangka waktu 7 tahun ke depan, mata uang ini akan semakin memperkuat posisinya sebagai mata uang devisa yang dapat membantu stabilitas perekonomian global.

Menguatnya penggunaan mata uang Renminbi ini, kata Nirmala Salli, Head of Trade and Supply Chain HSBC, di sela seminar bertajuk Internationalisasi Renminbi dan Pengaruhnya kepada Bisnis Perdagangan di Indonesia, Rabu (21/9/2011), didukung pula oleh faktor penguatan hubungan perdagangan antar negara Asia, dan semakin tingginya hubungan perdagangan kawasan Asia dengan dunia.

Untuk itulah, HSBC perkenalkan penggunaan mata uang Yuan China atau Renminbi (RMB) kepada pengusaha Surabaya. Sejak pemerintah China membuka penggunaan Renminbi dalam transaksi perdagangan internasional tahun 1996, internasionalisasi Renminbi mulai menjadi tren bagi pelaku bisnis internasional.

Hal ini, kata Nirmala, dapat dilihat dari semakin banyaknya negara Asia yang menggunakan mata uang ini dalam transaksi perdagangannya. ''Di HSBC, kami melihat adanya peningkatan aktivitas perdagangan intra Asia maupun antara Asia dengan wilayah lainnya di dunia. Tahun 2020, volume perdagangan intra Asia akan naik tiga kali lipat menjadi USD 10.8 triliun. Hal ini yang semakin mendukung penguatan Renminbi sebagai mata uang dalam perdagangan internasional,''paparnya.

Sebagai bagian dari Asia dan ASEAN, penting bagi pengusaha Indonesia untuk memanfaatkan momentum ini. HSBC sebagai partner perbankan dalam bisnis perdagangan internasional, kami tidak hanya menyediakan jasa dan produk perbankan tetapi berkomitmen pula dalam memberikan dan berbagi informasi bisnis terkini, seperti sosialisasi mengenai tren internasionalisasi Renminbi ini kepada pebisnis di Surabaya.

Menurut survei yang diadakan HSBC, ungkap Nirmala, untuk melihat pandangan pelaku bisnis ekspor impor dalam HSBC Trade Confidence Index yang dirilis April lalu, terlihat bahwa pengusaha Indonesia masih belum berkeinginan memaksimalkan Renminbi dalam transaksi perdagangan dengan China. Mata uang ini masih menempati urutan kelima setelah Dollar AS, Rupiah, Euro, dan Dollar Singapura.

Namun demikian, pengusaha di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, maupun Vietnam sudah mulai menggunakan Renminbi dalam transaksi perdagangannya dengan China untuk memperkecil resiko fluktuasi mata uang.

''Dinamika perdagangan internasional berkembang begitu cepat dan edukasi merupakan kunci penting agar pebisnis dapat mempersiapkan diri dan memaksimalkan potensi untuk bersaing di pasar global. Karenanya, pada hari ini kami fokus pada sosialisasikan penggunaan mata uang Renminbi, yang tren penggunaannya sebagai mata uang perdagangan intra Asia terus meningkat,''ungkap Nirmala.

Nirmala menambahkan akan menjadi salah satu dari tiga mata uang utama yang digunakan dalam perdagangan internasional di 2015. Dalam 2- 4 tahun ke depan, ekonom HSBC memprediksi bahwa lebih dari setengah transaksi ekspor dan impor China dengan Negara Berkembang akan dilakukan dalam mata uang ini.

Karenanya, pengusaha di Indonesia pada umumnya, dan di Surabaya pada khususnya harus dapat memanfaatkan momentum ini agar dapat bersaing di pasar regional dan global. Kurangnya informasi mengenai regulasi, perkembangan pasar, dan pengetahuan mengenai seluk beluk bisnis perdagangan internasional dilihat sebagai salah satu penghalang utama bagi pelaku bisnis untuk mengembangkan bisnisnya ke luar negeri.

Selain menunjukkan komitmen dalam edukasi melalui seminar dan sosialisasi ini, HSBC juga tercatat sebagai sebagai bank pertama yang memfasilitasi transaksi dengan mata uang Renminbi di Indonesia. Saat ini, HSBC melayani transaksi trade settlement dalam Renminbi di hampir 50 negara di 6 benua dan membukukan transaksi dalam Renminbi sebesar RMB45 milyar di tahun 2010.

Selain nasabah korporasi, HSBC juga telah melayani transaksi Renminbi untuk nasabah ritel di Hongkong, Macau, Singapura, Jepang, Malaysia, Brunei, New Zealand, Thailand, Filipina, Mauritius, Korea Selatan dan Australia. Dalam seminar tersebut juga turut hadir sebagai pembicara, Benjamin Widjaja Vice President Global Markets Sales HSBC Indonesia, Anne Suhandojo Vice President Payment and Cash ManagementAssistant VP Payment and Cash Management HSBC Indonesia. (bsn-ai)

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927