Pameran Industri Komponen Targetkan Rp 30 M
19-10-2011
Surabaya, beritasurabaya.net - Pameran tersebut bertajuk The Eastern Indonesia's Largest International Auto Parts, Accessories and Equip Exhibition 2011 targetkan transaksi Rp 30 miliar selama 4 hari pameran di Convex Grand City.
Hal itu ditegaskan Event Consultant PT Global Expo Management Baki Lee, Rabu (19/10/2011), di sela pembukaan pameran. Target tersebut didasarkan pada kondisi industry komponen otomotif di Jawa Timur yang cukup berkembang.
Bake Lee menilai industri komponen otomotif di Jawa Timur terus bergerak naik. Saat ini, terdapat 247 sektor usaha kecil yang bergerak dalam bidang ini. Pameran ini diikuti 250 perusahaan yang berasal dari 11 negara. Sejumlah negara yang ikut pameran ini, diantaranya, Jerman, Italia, Malaysia, Singapura, Taiwan, China, Thailand. Meskipun ini pameran internasional, namun mayoritas peserta merupakan perusahaan lokal yakni sekitar 70 persen.
''Pameran serupa juga berulang kali digelar di Jakarta. Bahkan, nilai transaksi bisa mencapai angka Rp1 triliun. Sasaran dari pameran ini bukan pengunjung umum, melainkan perusahaan. Sehingga, ketika transaksi, nilainya bisa mencapai puluhan miliar dengan jumlah komponen otomotif yang cukup banyak. Sedangkan target pengunjung, mencapai 6.000 orang,''paparnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Industri Alat Transportasi, Elektronik dan Telematika Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur, Saiful Hasan, mengatakan, Jawa Timur merupakan pintu gerbang untuk memasuki industri otomotif di Indonesia timur.
Untuk industri karoseri ada 33 perusahaan, 14 diantaranya, sudah mengekspor ke sejumlah negara ASEAN dan Timur Tengah. Meski industri komponen otomotif tumbuh, kata Saiful, namun saat ini masih belum mampu menghadang membanjirnya produk-produk dari luar negeri.
Saiful menjelaskan tahun 2009, nilai ekspor untuk komponen otomotif sebesar USD906 juta. Kemudian tahun 2010 meningkat menjadi USD1.080 juta.Sedangkan untuk impor, nilainya masih satu kali lipat dari ekspor. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pasar bebas dari pemerintah yang mendorong produk luar negeri mudah masuk ke dalam negeri. (bsn-ai)