IT & Seluler

EPFL Kembangkan Robot Terbang Otomatis

29-03-2011

beritasurabaya.net - Membangun jaringan komunikasi darurat di wilayah bencana sering kali memerlukan waktu lama dan menjadi hambatan bagi tim penyelamat. Sebuah sistem baru berupa robot terbang otomatis yang dikembangkan di Federal Institute of Technology in Lausanne (EPFL) bisa membuat pembangunan jaringan komunikasi nirkabel dengan lebih cepat, lebih handal dan lebih terjangkau.

Seperti diberitakan CNN yang dikutip Antara, proyek penelitian bernama The Swarming Micro Air Vehicle Network (SMAVNET) yang di lakukan di Laboratory of Intelligent Systems (LIS) dirancang untuk meneliti swarm intellegence - ilmu artifisial yang meniru perilaku koloni binatang atau serangga. Jean Christophe Zufferey, seorang ilmuwan dari LIS mengatakan tujuannya adalah menciptakan sebuah sistem yang bisa diterjunkan dalam skenario bencana.

Ia mulai melakukan penelitian di EPFL pada tahun 2001, terinspiransi dari mahluk hidu dimulai dengan menciptakan serangga buatan yang bisa terbang menghindari tabrakan dengan dinding dan tanah. Dari keberhasilan itu kami beranjak pada uji coba robot itu di luar ruangan. Teknologi itu menuntun pada penciptaan sayap terbang, salah satu dari sepuluh perangkat yang bisa terbang bersamaan sebagai bagian dari Proyek SMAVNET.

Sayap terbang dibuat dari foam plastik berbobot ringan menggunakan baterai Lithium - yang memakai motor elektrik di bagian belakang. Kendaraan udara mikro itu dijuluk MAV, diluncurkan dengan cara seperti memainkan Frisbee. Begitu mengudara, otopilot mengatur ketinggian, kecepatan terbang dan belok. Tabrakan dihindarkan melalui komunikasi satu dengan yang lainnya lewat hembusan sensor optik.

Sensor-sensor itu terpasang di bagian depan masing-masing MAV dan membuatnya bisa mendeteksi jarak antara objek dan mengubah arah jika mereka berada terlalu dekat satu dengan lainnya. Sensor-sensor itu serupa dengan sensor yang terdapat pada mouse komputer - mereka sungguh merupakan pendeteksi optikal yang baik.

Tim dari LIS mengatakan ide mereka adalah semua MAV yang berada dalam kelompok dilengkapi dengan sebuah modul nirkabel kecil guna membentuk sebuah jaringan ad-hoc. Tim penyelamat bisa menggunakannya untuk berkomunikasi. Tetapi, ada modifikasi penting yang dibutuhkan untuk dilakukan guna mengubah proyek penelitian tersebut menjadi produk untuk industri.

Masalah yang paling nyata adalah ketahanannya- MAV kecil saat ini hanya mampu bertahan di udara selama 30 hingga 60 menit, katanya. Teknologi solar dapat menyelesaikan persoalan tersebut di masa depan. Lebah berbobot 420 gram itu menurut Zufferey tak akan menyebabkan kerusakan apapun ketika bertabrakan dengan apapun atau siapapun. (bsn-ai)

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927