Seni & HiburanNovel Berlatar Dolly Dibedah di Plaza Pendidikan04-12-2010 beritasurabaya.net - Pelacuran selalu menimbulkan pro kontra yang tak pernah habis untuk dibahas. Sabtu, 4 Desember 2010, Bedah Novel Existere Plus Plus yang digelar oleh Komunitas Insan Baca dan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) @Mall "Surabaya Membaca" berlangsung dengan meriah. Dimulai pukul 09.30, Sinta Yudisia, sang penulis novel Existere, membuka sesi pertama bedah novelnya yang mengambil latar utama tentang dunia prostitusi Dolly di Surabaya. Ia banyak berbagi tentang proses kreatifnya yang telah berlangsung sejak 2007 untuk merampungkan novel ini. Existere, kata yang unik dan mengundang banyak penafsiran. Berasal dari kata eksis atau eksistensi, yang berarti ada atau keberwujudan. Existere karya Sinta Yudisia ini mencoba untuk mengingatkan masyarakat luas bahwa dunia prostitusi benar-benar nyata adanya. Ia terus hidup dengan banyak tokoh dan peran di dalamnya. Dengan latar pendidikan psikologinya, kehidupan PSK dengan segala perasaan, naluri, dan kata hati tersembunyi seorang perempuan berhasil dibahas tuntas dalam novel ini. "Saya ingin mempersembahkan sesuatu bagi saudara-saudara kita di Dolly lewat karya ini. Bahwa sekejam apapun yang terjadi di dunia ini, masih ada tempat untuk kembali," ungkap Sinta saat ditanya tujuannya menulis novel ini, Sabtu (04/12/2010). Sedangkan menurut Diah Arie Setiawati, event coordinator, acara ini dinamakan Bedah Novel Plus Plus, sebab lebih dari sekedar bedah novel biasa. Plus yang pertama, karena langsung dibedah oleh penulisnya. Plus yang kedua, juga disertai talkshow yang menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya. Plus yang ketiga, audience juga dihibur art performance dari Psycho Noise Percussion dan Teater Bungkam, dan tentu saja karena banyak doorprize. Selain Sinta sebagai penulis, menariknya, acara ini dilengkapi dengan talkshow yang mengupas tentang pro kontra penutupan Dolly yang sedang menjadi pembicaraan hangat akhir-akhir ini. Sebagai narasumber, hadir Yoris dari Yayasan Hotline Surabaya yang banyak bergiat di persoalan trafficking, HIV AIDS, serta pendampingan PSK. Juga, Milla (nama samaran) yang bercerita tentang kehidupan kelamnya sebagai PSK hingga terjerumus dalam bisnis hitam ini. Selain kedua narasumber tadi, turut hadir pula tokoh-tokoh yang berhubungan dengan carut marut kehidupan Dolly yang juga turut memberikan opininya. Mereka adalah wakil dari Dinas Sosial Kota Surabaya, pengelola taman baca di Putat Jaya, tokoh agama, juga praktisi pendidikan dari Pusat Studi Wanita Unair. Latar belakang narasumber dan tokoh-tokoh yang hadir banyak memberikan masukan sekaligus harapan dan solusi untuk kehidupan prostitusi yang juga sangat lekat dengan citra Surabaya. Semua memiliki harapan agar nasib para PSK menjadi lebih baik bila Dolly benar-benar ditutup. Karena bagaimanapun, tak ada seorang perempuan yang berkeinginan menjadi penjaja cinta plus plus jika tidak dalam keadaan terpaksa. Dihadiri ratusan orang, acara ini juga dimaksudkan untuk memperingati Hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember. wan/bsn
Pemadam Kebakaran
Rumah Sakit & Klinik
Kepolisian
|