Presiden SBY sampaikan keterangan RAPBN 2011
16-08-2010
Jakarta, beritasurabaya.net - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Wapres Boediono, menyampaikan Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2011 Beserta Nota Keuangannya, di hadapan Rapat Paripurna DPR di Gedung Paripurna DPR/MPR RI.
SBY menjelaskan bahwa RAPBN 2011 disusun dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi terkini, baik domestik maupun internasional.
"RAPBN juga disusun dengan sasaran jangka menengah yang ingin dicapai, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014," ujarnya seperti dilansir laman resmi kepresidenan, Senin (16/8/2010).
Selain berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menjelaskan bahwa RAPBN 2011 disusun dengan berpedoman pada Kerangka Ekonomi Makro, Pokok-pokok Kebijakan Fiskal, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2011, menurut SBY, RAPBN 2011 ini juga disusun dengan memperhatikan saran dan pendapat DPR serta pertimbangan DPD, yang disampaikan dalam Forum Pembicaraan Pendahuluan RAPBN Tahun Anggaran 2011 beberapa waktu yang lalu.
Presiden menjelaskan, sejak pertengahan tahun 2009 lalu, perekonomian global sesungguhnya memperlihatkan perkembangan yang positif. Keadaan yang makin baik ini berlanjut hingga semester I tahun 2010.
Dia juga mengatakan bahwa di tengah membaiknya kondisi perekonomian global dari pertengahan 2009 hingga semester I/2010, dunia juga dicemaskan oleh krisis utang dan keuangan Yunani yang dampaknya meluas menjadi penurunan kepercayaan pasar terhadap stabilitas keuangan di kawasan Uni Eropa.
Namun, di tengah pemulihan perekonomian global yang masih dibayang-bayangi ketidakpastian itu, perekonomian Indonesia terus menunjukkan perbaikan.
"Beberapa indikator ekonomi utama, seperti neraca pembayaran, nilai tukar, tingkat inflasi, dan kinerja pasar modal, menunjukkan perkembangan yang membesarkan hati," kata SBY.
Selain itu, posisi neraca pembayaran, baik transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial, menunjukkan perbaikan sehingga pada akhir Juli 2010 cadangan devisa nasional mencapai lebih dari US$78 miliar, atau setara dengan 6 bulan impor. Perkembangan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini, Presiden menambahkan, juga didukung oleh kecenderungan melemahnya mata uang dolar AS secara global.
"Namun kestabilan nilai tukar rupiah ini terutama dikarenakan semakin kuatnya kepercayaan para pelaku pasar terhadap kinerja perekonomian kita, dan pengelolaan ekonomi makro yang kita laksanakan," SBY menjelaskan.
Lebih lanjut, penilaian berbagai lembaga peringkat internasional juga terus membaik, dari persepsi stabil menjadi positif dan sekarang berada pada satu level di bawah peringkat investasi. "Dengan perkembangan itu, nilai tukar rupiah akan tetap mantap, dan rata-rata sepanjang tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran Rp 9.000 - Rp 9.200 per dolar AS," Presiden SBY menegaskan.
Terlihat hadir seluruh pimpinan DPR, diantaranya Pramono Anung, Priyo Budi Santoso, dan Anis Matta. Hadir pula para menteri KIB II, seperti Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Menko Kesra Agung Laksono, Mensesneg Sudi Silalahi, Mendagri Gamawan Fauzi, Menkeu Agus Martowardoyo, dan Mendag Mari Elka Pangestu.bsn1