Kesehatan

Tingkat Kesadaran Kurang, PERKI Gelar Workshop

11-11-2011

Surabaya, beritasurabaya.net - Tingkat kesadaran masyarakat terhadap berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, kurang berolahraga, obesitas dan stress, sangat kurang.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%, tetapi hanya 23,9% saja dari populasi ini yang mengetahui dirinya mengidap hipertensi dan menerima pengobatan.

Hal serupa terjadi pada diabetes melitus, yang prevalensinya di Indonesia mencapai 5,7%. Kebiasaan berolah raga setiap hari 30 menit atau makan sayur dan buah lima kali sehari belum menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Sebaliknya, kebiasaan buruk merokok masih sangat tinggi, dan tidak terlihat penurunan bermakna dari tahun ke tahun.

Ketua Panitia Surabaya Workshop on Cardiovascular Prevention and Rehabilitation, Dr. Dyana Sarvasti, SpJP(K), Jumat (11/11/2011), mengutip data RISKESDAS 2010 menunjukkan bahwa laki-laki usia 15 tahun ke atas 66% perokok, mengakibatkan 76% penduduk menjadi perokok pasif.

Sementara tindakan pencegahan (prevensi) penyakit kardiovaskular juga belum disosialisasikan secara meluas. Dyana menjelaskan prevensi meliputi tindakan pencegahan primer yang ditujukan bagi individu normal agar tidak terkena penyakit kardiovaskular, dan tindakan pencegahan sekunder bagi pasien penyakit kardiovaskular agar tidak terjadi kekambuhan maupun komplikasi yang lebih berat.

Tindakan intervensi dilakukan terhadap faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular melalui perubahan gaya hidup atau lingkungan yang mempengaruhinya, hingga pemberian obat-obatan.

Sedangkan rehabilitasi kardiovaskular merupakan upaya membantu penderita penyakit jantung dan pembuluh darah untuk mengembalikan status kesehatan fisik, medis, psikologis, sosial, emosional, seksual, vokasional, dan ekonomi ke kondisi yang optimal. Program rehabilitasi ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat komprehensif, antara lain edukasi dan konseling, pengontrolan faktor risiko, dan program latihan fisik.

''Sejak dua dekade terakhir antara tahun 1985 hingga 2005, terlihat adanya peningkatan dalam berbagai upaya penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia, baik secara medis, intervensi non medis atau pun melalui tindakan operatif. Namun, sayangnya kemajuan ini tidak disertai dengan peningkatan kegiatan upaya prevensi dan rehabilitasi kardiovaskular,''ujarnya.

Mencermati fenomena ini, kata Dyana, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) berupaya untuk menggalakkan program prevensi dan rehabilitasi kardiovaskular melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah workshop prevensi dan rehabilitasi kardiovaskular yang diadakan Sabtu ( (12/11/2011), di TS Hotel Surabaya.

''Kami sangat mengharapkan para petugas medis, paramedis dan akademisi lebih memahami pentingnya program prevensi dan rehabilitasi kardiovaskular, serta terpacu untuk mengembangkan dan memajukan pelayanan ini, yang merupakan bagian dari rangkaian pelayanan kesehatan kardiovaskular paripurna,''tambah Dyana. (bsn-ai)

Teks foto :

Dr Dyana, Dr. Budi Baktijasa, SpJP(K) Ketua PERKI Cabang Surabaya dan Profesor Romdoni Wakil Ketua PERKI Pusat

Advertising
Advertising
Pemadam Kebakaran
Surabaya Pusat
031-3533843-44
Surabaya Utara
031-3712208
Surabaya Timur
031-8411113
Surabaya Barat
031-7490486
Surabaya Selatan
031-7523687
Rumah Sakit & Klinik
RSUD Dr. Sutomo
031-5020079
RS Darmo
031-5676253
RS ST Vincentius A Paulo
031-5677562
RS William Booth
031-5678917
RS Adi Husada
031-5321256
Kepolisian
Polda Jatim
(031) 8280748
Polrestabes
(031) 3523927