Lebih Baik Mengalah Daripada Dikatakan Ambisius
10-05-2011
beritasurabaya.net - Dicabutnya hak Komisi B dalam melakukan pembahasan Raperda RTRW, mulai memunculkan kasak-kusuk. Banyak anggapan yang muncul. Mulai dari kakunya bakal calon ketua Panitia Khusus sampai masalah perang kepentingan.
Sejak Desember 2010, saat draft Raperda RTRW diserahkan pemkot ke dewan, Badan Musyawarah DPRD Surabaya sudah menunjuk Komisi B untuk membentuk Panitia Khususnya. Begitu juga dengan Komisi B, sudah memilih orang-orang yang dianggap memiliki kapabilitas dalam membahasnya.
Komisi B sudah menunjuk Mazlan Mansur sebagai Ketua Panitia Khusus, Tri Setijo Puruwito sebagai Wakil Panitia Khusus dan Eddy Rusianto sebagai Sekretaris Panitia Khusus. Ketiga orang ini dianggap Komisi B paling cocok, selain kaku, mereka juga sulit diintervensi.
Namun pemilihan pimpinan Panitia Khusus itu justru dianggap berbeda orang anggota dewan yang lain. Padahal pada RTRW itu ada masalah yang paling penting, yakni tol tengah kota. Pemkot melalui raperda itu berniat menolak tol tengah kota, sementara sebagian dewan ngotot agar proyek Rp 9 tiliun itu tetap dijalankan.
Dengan hadirnya tiga pimpinan yang kaku itulah yang dianggap bakal sulit menerima masukan dari sisi manapun. Tentu pihak yang ingin mengendalikannya jadi sulit.
Sebenarnya tak hanya masalah tol tengah kota saja. Ada banyak proyek besar dalam RTRW yang tentu harus digolkan pihak yang memiliki kepentingan. Nah, dengan orang kaku sebagai pimpinan, mereka akan kewalahan melobinya.
Dikalangan dewan, yang beredar adalah masih menunggu surat rekomendasi dari Gubernur Jatim. Karena itu kepanitiaannya di Komisi B dicabut sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan.
Padahal, jika hanya menunggu rekomendasi, tak perlu harus mencabut kepanitiaan yang sudah ada. Sementara Komisi B pun mengalah. Hal ini diakui Ketuanya Mochammad Machmud, pihaknya tak ingin dianggap terlalu berambisi, makanya memilih mengalah. (ries/bsn)